1:23 PM Seorang orang Kristen dari Kenya menemukan jalan keluar dari dosa (I) |
Seorang orang Kristen dari Kenya menemukan jalan keluar dari dosa (I)Saudara-saudari, damai sejahtera dalam Tuhan! Aku merasa sangat beruntung dapat bersekutu dengan engkau sekalian hari ini tentang pengalamanku dalam menyambut Tuhan, dan aku merasa amat tersanjung dan sangat bersyukur kepada Tuhan karena memberiku kesempatan ini. Aku dilahirkan dalam sebuah keluarga Kristen. Ibuku adalah orang percaya yang sangat saleh, dan ketika aku masih kecil, dia biasa membimbing kami membaca Alkitab dan menyanyikan lagu-lagu pujian dan membawa kami ke berbagai acara di gereja. Ketika aku tumbuh dewasa, aku meninggalkan rumah untuk bekerja dan mulai menghadiri pertemuan gereja di gereja lokal yang baru, dan setelah beberapa tahun, aku ditunjuk untuk bertanggung jawab atas gereja itu. Karena pendeta di sana tidak pernah mengkhotbahkan sesuatu yang baru, karena ia hanya selalu mengkhotbahkan cara memberikan persembahan dan tanpa pencerahan Roh Kudus, beberapa orang beriman akan tertidur sembari mendengarkan khotbah-khotbahnya, dan ada yang memutuskan untuk tidak kembali lagi karena mereka tidak mendapatkan apa pun darinya. Untuk mempertahankan orang-orang percaya, terkadang kami mengundang beberapa pengkhotbah dari gereja-gereja lain untuk menyampaikan khotbah, atau kami akan mengadakan beberapa acara. Namun metode-metode ini hanya memiliki efek sementara, dan ketika umat beriman selesai menghadiri pertemuan ibadah, mereka tidak akan datang lagi. Ada juga beberapa orang percaya baru yang mau datang selama beberapa hari dan kemudian tidak datang lagi. Dengan cemas aku berpikir dalam hati, “Apa yang terjadi di sini? Situasi di gereja kami sangat buruk dan kami bahkan tidak bisa membuat orang percaya baru tetap tinggal. Apakah kami melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan? Ataukah gereja kami telah ditinggalkan oleh Tuhan?” Namun, itu bukan satu-satunya masalah, karena aku sendiri, yang bertanggung jawab atas gereja, terus-menerus melakukan dosa. Setiap kali aku melihat seseorang yang hidup lebih kaya dariku atau yang lebih baik dariku dalam hal tertentu, aku akan merasa sangat cemburu, sehingga aku akan menemukan alasan bagi Tuhan untuk memberkatiku, “Mengapa Tuhan tidak memberkatiku?” Aku akan berpikir, “Aku mengorbankan diriku bagi Dia, jadi Dia harus memberkatiku lebih banyak.” Selain itu, aku menjadi kecanduan permainan daring dan hatiku dirasuki oleh hal-hal ini, sehingga kadang-kadang aku bahkan tidak membaca Alkitab atau berdoa pada waktu-waktu tertentu. Ketika melihat foto-foto wanita cantik di internet, aku akan memiliki pikiran jahat, dan pikiran jahat ini akan terus mengusik benakku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memikirkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus sebelumnya: “Tetapi Aku berkata kepadamu, Siapa pun yang memandang seorang perempuan dengan bernafsu, dia telah berzina dengan perempuan itu di dalam hatinya” (Matius 5:28). “Aku berbuat dosa,” pikirku. “Meskipun aku berdoa kepada Tuhan, bertobat kepada Tuhan dan mencoba menguasai diri, aku tetap berdosa sepanjang waktu. Aku tidak mengerti mengapa aku masih bisa berbuat dosa, padahal aku berdoa kepada Tuhan dan mencoba menguasai diriku sendiri. ” Maka, aku memberi tahu pendeta tentang kondisi yang kualami ini, tetapi yang dia lakukan adalah mencoba menghiburku dengan mengatakan, “Alkitab berkata, “Demikian juga, hendaklah engkau menganggap dirimu telah benar-benar mati terhadap dosa, tetapi hidup bagi Tuhan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita” (Roma 6:11). Jangan khawatir. Semua dosa kita, apakah itu dosa yang telah kita lakukan di masa lalu atau dosa yang akan kita lakukan di masa depan, semuanya sudah diampuni melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Yang harus kita lakukan adalah lebih banyak berdoa kepada Tuhan dan mengaku dosa serta bertobat kepada-Nya.” Aku tidak begitu yakin dengan apa yang dikatakan pendeta itu, dan sebaliknya aku malah merasa lebih bingung. Alkitab berkata, “Karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan” (Ibrani 12:14), tetapi aku masih mampu berbuat dosa sepanjang waktu. Apakah perilaku ini layak dipuji oleh Tuhan? Untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan rohaniku ini, aku mulai mencari beberapa video di YouTube, dan aku mengunjungi situs web lain untuk mencari informasi kerohanian. Suatu hari, aku sedang mencari secara daring ketika kebetulan menemukan perikop ini: “Meskipun banyak orang percaya kepada Tuhan, hanya sedikit yang mengerti apa arti beriman kepada Tuhan, dan apa yang harus mereka lakukan agar berkenan di hati Tuhan. Hal ini terjadi karena walaupun orang terbiasa mendengar kata ‘Tuhan’ dan kata-kata seperti ‘pekerjaan Tuhan,’ mereka tidak mengenal Tuhan, apalagi pekerjaan-Nya. Maka tak heran jika semua orang yang tidak mengenal Tuhan mempunyai kepercayaan yang kacau. Orang tidak memandang serius kepercayaan kepada Tuhan karena hal itu terlalu asing dan aneh bagi mereka. Dengan demikian, mereka gagal memenuhi tuntutan Tuhan. Dengan kata lain, jika orang tidak mengenal Tuhan dan pekerjaan-Nya, maka mereka tidak cocok untuk dipakai Tuhan, apalagi untuk memenuhi keinginan Tuhan. ‘Percaya kepada Tuhan’ berarti percaya bahwa Tuhan itu ada. Inilah konsep paling sederhana tentang beriman kepada Tuhan. Selanjutnya, percaya bahwa Tuhan itu ada tidak sama dengan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Sebaliknya, ini seperti iman yang biasa dengan konotasi agamawi yang kuat. Iman yang sejati kepada Tuhan berarti mengalami perkataan dan pekerjaan Tuhan berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan berdaulat atas segala hal. Jadi, engkau akan dibebaskan dari watakmu yang rusak, memenuhi keinginan Tuhan, dan mengenal Tuhan. Hanya setelah melewati perjalanan ini engkau dapat dikatakan percaya kepada Tuhan. Namun, orang sering menganggap kepercayaan kepada Tuhan sebagai hal yang sederhana dan tidak penting. Orang-orang yang memercayai Tuhan dengan cara seperti ini telah kehilangan makna keyakinan kepada Tuhan, dan sekalipun mereka bisa saja terus percaya sampai akhir, mereka tidak akan pernah memperoleh perkenan Tuhan, karena mereka menempuh jalan yang salah. Saat ini, masih ada orang yang percaya kepada Tuhan hanya menurut huruf-huruf yang tertulis, menurut ajaran-ajaran yang hampa. Mereka tidak sadar bahwa iman mereka kepada Tuhan tidak ada substansinya, mereka tidak bisa mendapat perkenan Tuhan, dan mereka masih berdoa meminta kedamaian dan anugerah yang cukup dari Tuhan. Kita harus berhenti dan bertanya kepada diri sendiri: Mungkinkah percaya kepada Tuhan benar-benar hal termudah di bumi? Apakah percaya kepada Tuhan semata-mata berarti menerima banyak anugerah dari Tuhan? Dapatkah orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengenal-Nya, dan percaya kepada Tuhan, melainkan menentang-Nya, benar-benar bisa memenuhi keinginan Tuhan?” Aku merenungkan perkataan itu saat membacanya. Perkataan ini mengungkapkan apa sebenarnya iman yang sejati kepada Tuhan: Iman kepada Tuhan bukan hanya meminta berkat atau kasih karunia dari Tuhan, tetapi yang lebih penting adalah percaya bahwa Tuhan yang mengatur segala sesuatu dan, atas dasar ini, mengalami perkataan dan pekerjaan Tuhan. Aku melihat situasi di gereja kami. Khotbah-khotbah pendeta selalu berfokus pada bagaimana membuat kita lebih kaya dan bagaimana hidup damai dan bahagia. Dia tidak pernah berkhotbah tentang bagaimana melakukan atau mengalami firman Tuhan, atau apakah kehendak Tuhan itu, dan akibatnya adalah kami percaya kepada Tuhan hanya demi menerima berkat. Tidak heran masalah kehidupan rohaniku tidak dapat terselesaikan. Aku memikirkan bagaimana aku menjadi cemburu setiap kali melihat ada orang yang menjalani hidup lebih baik dariku, atau siapa pun dengan status lebih tinggi dariku, dan tentang bagaimana kemudian aku menyalahkan Tuhan, serta ingin memanfaatkan cara mengorbankan diriku bagi Tuhan untuk mencari alasan agar diberkati dan mengajukan syarat-syarat dengan Tuhan, menuntut agar Dia juga memberkatikuu. Ketika selesai membaca bagian ini, akhirnya aku menyadari bahwa cara aku percaya kepada Tuhan itu salah: Aku percaya kepada Tuhan demi mendapatkan berkat-Nya sebagai balasan. Aku begitu egois dan hina, selalu menuntut agar Tuhan lebih memberkatiku, dan kepercayaan seperti itu sama sekali tidak terpuji. Tuhan Yesus pernah berkata: “Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surge” (Matius 7:21). Tuhan berkata bahwa hanya dengan melakukan kehendak Bapa di surgalah seseorang dapat masuk ke surga, tetapi aku belum melakukan kehendak Bapa surgawi, ataupun mengalami firman Tuhan dan berupaya dalam pengejaranku. Percaya kepada Tuhan dengan cara ini maka seluruh kehidupan seseorang sama sekali sia-sia, dan aku tahu bahwa aku tidak bisa melanjutkan pengejaran ini. Perikop yang kubaca secara daring itu membuat aku memulai jalur kepercayaan yang benar kepada Tuhan, dan itu membuat aku ingin membaca lebih banyak lagi. Kemudian aku membaca petikan perkataan lain, “Saat ini, Tuhan mempunyai pekerjaan yang baru. Engkau mungkin tidak dapat menerima perkataan ini, mungkin perkataan ini terdengar aneh bagimu, tetapi Aku sarankan kepadamu untuk tidak memperlihatkan kenaifanmu, karena hanya orang yang benar-benar lapar dan haus akan kebenaran di hadapan Tuhan dapat memperoleh kebenaran, dan hanya mereka yang benar-benar saleh bisa mendapatkan pencerahan dan bimbingan Tuhan” . Membaca ini, aku merasa takjub: Tuhan melakukan pekerjaan baru? Bagaimana mungkin Tuhan melakukan pekerjaan baru? Aku belum pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Hatiku diliputi dengan kebingungan, tetapi ketika membaca kata-kata ini, “karena hanya orang yang benar-benar lapar dan haus akan kebenaran di hadapan Tuhan dapat memperoleh kebenaran,” aku memikirkan apa yang Tuhan Yesus katakan: “Diberkatilah orang yang miskin dalam roh: karena kerajaan surga adalah milik mereka …” (Matius 5:3). Aku berpikir kata-kata ini hebat, dan aku merasa pasti akan bisa menyelesaikan masalah dosa-dosaku, jadi mengapa tidak mencari dan menyelidiki? Karena itu aku menulis di kolom percakapan tentang kebingunganku mengenai masalah perbuatan dosa. Aku juga menulis bahwa aku ingin lebih memahami tentang pekerjaan baru Tuhan. Seorang saudari yang menjawab pesanku. Karena sulit untuk menjelaskan masalah ini dalam percakapan daring, kami memutuskan untuk terhubung dan bersekutu dalam Facebook. Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab" |
|
Total comments: 0 | |